HISAS 2018 Part 2; Winter in Hokkaido, Spring in Tokyo
Apa kabar, jalan yang ini?
264 hari yang lalu, masih hijau. Sudahkah dipenuhi bunga sakura hari ini?
Salam dari sini, semoga bisa dipertemukan lagi dengan warnamu yang lain.
(Juli 2016)
Keesokan harinya,
hari presentasi. Dari pagi kami sudah bertolak menuju Hokkaido University.
Konferensi dibagi menjadi beberapa topik, kami masuk ke kategori Pertanian. Seharian
dihabiskan untuk rangkaian acara, presentasi, sambil juga menonton presentasi
peserta-peserta lain yang tentunya keren dan inspiratif. Memang, salah satu
benefit ikut acara seperti ini, jadi tersadarkan kalau masih banyak banget yang
kamu engga tahu ya. Suka berasa kurang jauh mainnya. Jadi makin terpacu untuk
tahu lebih banyak, karena setiap orang di situ handal di bidangnya
masing-masing.
Di akhir acara,
alhamdulillah kami berhasil membawa pulang titel Best Presenter. Selamat, Yudha
si presenter!
Barakallah!
Sehari setelah
presentasi, beberapa dari kami berkelana ke Otaru. Otaru adalah sebuah kota
kecil dan pelabuhan di Hokkaido. Terkenal dengan kanalnya yang sempat menjadi
akses utama distribusi barang dan terhubung dengan pelabuhan Otaru sebagai akses
masuk ke Hokkaido. Kanal Otaru ini membentang sepanjang 1140 meter, dan dihiasi
dengan bangunan-bangunan bergaya Eropa di tepinya. Semacam kota wisata juga,
karena objek-objek menarik untuk dikunjungi memang terletak di sepanjang Kanal
dan dapat dicapai dengan berjalan kaki.
Otaru
Kami berkelana
hingga sore hari, kemudian kembali ke penginapan dan bersiap packing untuk
pulang.
Pagi menjelang,
dan tibalah hari kami harus meninggalkan Hokkaido. Kami mempunyai waktu sekitar
dua hari penuh untuk tinggal di Tokyo sambil menunggu penerbangan selanjutnya
ke Jakarta. Setelah menaiki pesawat kembali menuju Tokyo, hari itu diisi dengan
perjalanan darat, hingga malamnya saya dan Putri sampai di apartemen kak Diwa,
kak Ami dan kak Irma yang berbaik hati mempersilahkan kami tinggal selama di
sana.
Hari pertama di
Tokyo bertemu dengan Tsani. Kami berkomunikasi sejak 2016 lalu, ketika pertama
kali pergi ke Jepang, tapi belum pernah kesampaian untuk bertemu. Akhirnya kita
berjumpa di Genki Sushi dan jalan ke Harajuku. Pertemuan singkat namun sangat
berkesan, ternyata memang sebaik ituuu orangnya tuh... dan sudah berpengalaman
banget ngeguide sana sini, toplah. Tsani saat ini sedang menempuh pendidikan
Master di salah satu perguruan tinggi ternama di Tokyo, mohon doanya supaya
dimudahkan segala urusannya ya!
Ketambahan Hachiko
Saya, Putri dan
Yudha sempat random jalan ke Odaiba di malamnya. Mau berfoto tapi sulit dan
sangat effort karena dingin berangin gabisa pegang kamera. Baiklah takapa,
dilihat langsung juga sudah bagus kok.
Hari kedua, sempat
terheran karena gada angin apa tiba-tiba begitu keluar dari apartemen, disambut
hujan salju... terhitung langka untuk Tokyo bersalju di bulan Maret. Jadi salah
kostum, balik lagi ngedobel baju. Tapi sebentar sih, lebih banyak hujan airnya.
Kami berencana ke Ueno Park karena kabarnya bunga Sakura sudah bermekaran di
situ. Terakhir kali ke Ueno Park, musim panas
tahun 2016. Saat itu semua pohonnya masih hijau. Masya Allah, ternyata
benar-benar bisa dipertemukan dengan warnanya yang lain :)
Spring in Tokyo!
Hari itu kami
juga bertemu dengan bang Madsol, TMB 50 yang sedang pertukaran ke Tokyo. Makan udon,
kemudian jalan random lagi ke daerah Akihabara (literally jalan kaki karena
kalau naik kereta nanggung stasiunnya dekat). Lihat-lihat segala macem, beli
titipan, borong barang Daiso, dst dst. Ohiya, sempat ketemu ka Asya juga, panutan
Forces yang sedang studi di Tohoku University! Walaupun sangat singkat karena
ketemunya di stasiun, dan baik kami maupun kak Asya engga bisa lama-lama.
Lagi-lagi,
singkat namun bermakna.
Di perjalanan
kali ini, dipertemukan dengan mereka yang walaupun hanya sebentar saja, tapi
menyadarkan diri ini untuk selalu bersyukur, karena masih dikelilingi dengan
orang-orang baik. Baik yang baru kenal, hanya yang komunikasi jarak jauh, bahkan
yang sudah kenal lama tapi bertemu kembali di tempat yang berbeda.
Di beribu
kilometer jauhnya dari rumah, ternyata, dunia tidak se asing yang kamu kira
kok.
Pulang kembali ke
Indonesia disambut dengan telapak tangan yang tiba-tiba mengelupas-kelupas
heboh. Kedinginan ternyata, memang makhluk tropis.
Yak.. siapa
sangka, di tahun yang sama, belahan dunia yang berbeda, diberikan kesempatan
lagi melihat si butir es fenomenal itu. Alhamdulillah.
Sekian cerita perjalanannya kali ini. Wassalam!
0 comments