Stargazing
Assalamualaikum!
It has been a long time since I didn’t mention any stars or night skies. The last time was.. on the IOAA 2018’s post here, which is around 3 years ago.
Lalu, apakah sudah terlupa?
Ternyata, tidak, kawan. Sepanjang tiga tahun berselang itu, masih suka random lihat langit kalau malam ambil motor di parkiran fakultas, atau ketika menutup pagar ketika sampai rumah. Berhenti sejenak kalau lihat rasi-rasi umum nan besar dan bagus seperti Orion atau Scorpio, walaupun sudah sama sekali tidak bisa mengenali daerah Leo, Pisces, Argo Navis dkk.
Lalu, bagaimana langit Turki?
Pertama, sangat sedih enggak bisa membawa laser hijau penunjung bintang, huhu. Entah ada dimana dia di rumah. Beberapa minggu ketika datang, langit Samsun banyak mendungnya. Lebih sering tidak ada apapun di langit; kalaupun ada mungkin Mars. Saat ini, kebiasaan lihat bintangnya muncul ketika turun bus di halte depan Fakultas Teknik, sebelum melanjutkan jalan kaki sekitar 700 m ke asrama. Berhubung asrama yang ditempati agak jauh dan dekat bukit, sangat stategis untuk lihat bintang karena kanan-kiri terhampar lahan kosong, dan lampu juga tidak banyak. Plus, belakang kamar yang langsung bukit dan langit kalau buka jendela.
Samsun berada di 41 LU, sementara Bogor berada di -6 LU. Perbedaan lintang yang hampir 50 derajat ini mau tidak mau menyebabkan beberapa kondisi yang berbeda. Indonesia disajikan dengan pemandangan gugus bintang yang kurang lebih menyeluruh di bagian Utara dan Selatan. Sementara Samsun, lokasinya yang berada di lintang tinggi menyebabkan beberapa bintang menjadi sirkumpolar; sebagian tidak akan pernah terbit, dan sebagian lagi tidak akan pernah tenggelam.
Di kota inilah, pertama kali lihat Polaris secara langsung. Ursa Minor. Salah satu rasi yang tidak akan pernah tenggelam di Turki, namun tidak akan pernah terbit di Indonesia. Dibarengi dengan Cassiopeia dengan bentuk khas huruf ‘W’ nya yang tidak pernah hilang dari atas kepala.
Setiap malam di bulan-bulan ini, langit dihiasi dengan Winter Triangle; Betelgeuse (Orion), Sirius (Canis Mayor) dan Procyon (Canis Minor). Formasi yang seakan menyambut datangnya hembusan angin dingin tiap malam sekaligus sebagai pertanda akan turunnya butiran es tak lama lagi.
Akan tetapi, sampaikanlah selamat tinggal pada Crux dan Centaurus; dua rasi bintang yang selama enam bulan dalam setahun selalu menghiasi langit Indonesia bagian Selatan. Kedua rasi ini tidak akan pernah terlihat di langit Samsun.
Baru-baru ini dikagetkan dengan kemampuan ponsel pintar yang saya bawa dari rumah; yang ternyata sedikit banyak bisa menangkap foto bintang di langit malam! Langsung senang :”) jangan dibandingkan sama kamera DSLR kawan-kawan, apalagi yang di attach ke teleskop untuk foto nebula, pasti beda. Tapi setidaknya, titik-titik itu membentuk gambar yang persis sama dengan yang ada di Stellarium, dan yang ada di langit malam.
Berikut adalah beberapa hasil fotonya. Ada berapa rasi bintang yang kalian temukan?
Tips:
- Tingkatkan brightness device hingga maksimum
- Matikan lampu, cari suasana sekeliling yang segelap mungkin
Happy stargazing! Akan sangat senang untuk berbagi kebahagiaan melihat langit malam beserta seluruh rasinya kepada semua orang :)
0 comments