Final Destination

by - 12:36 AM


uhm. kayaknya keinginan tulis menulis saya bangkit lagi. masih belum ada ide sih buat lanjutin chapter depan, tapi plot cerita kali ini udah jelas. udah nentuin klimaksnya, kenapa, bagaimana.. tinggal cari gimana ceritanya biar nyampe klimaks itu. kan nggak lucu, ujug-ujug nanti yang itu begitu... *nggak mau kasih spoiler :p* nah, justru bikin cerita sampingannya ini yang susah. orz.

pokoknya mau namatin cerita ini. kali ini aja. dengan plot yang udah mulai keliatan bentuknya di kepala, dan beberapa orang yang nunggu (garis bawahi kata beberapa, okay?) gimana caranya harus selesaaiii. paling nggak berlanjut terus -nggak didiemin hiatus sampe satu bulan kayak kemarin. sangat sangat menyesal.

dan kemarin, di timeline, nemuin ini ;



 -_- 
ini udah kayak timeline punya Raditya Dika. lol

belakangnya emang agak-agak mengecewakan, tapi penulis beneran telah berbicara. okay, mari kita introspeksi diri.

tujuan kamu nulis, apa?

satu yang jelas, sepertinya bukan karena puber intelektual. eng, setau saya, saya nggak memakai kata-kata dan diksi yang oh-so-amazing, saya menulis apa yang mau saya tulis. gimana caranya supaya bisa menyampaikan apa yang ingin saya sampaikan, apa yang ingin saya ceritakan, dan memberikan keadaan yang harusnya dibayangkan oleh si pembaca. dengan kata-kata yang dibuat sesimpel mungkin dan sesuai dengan atmosfer yang telah dibangun. kalau ada ilmu-ilmu nyempil dikit juga itu iseng doang masukin, lol. 

dan nggak semua orang yang memakai kata-kata canggih itu puber intelektual, kok. saya telah menemukan banyak (sangat, sangat, banyak. djhafjwefjowe) orang-orang hebat yang memang bisa menempatkan kata-kata canggih itu di ceritanya dan membuatnya lebih.... katakanlah, 'sempurna'. memang nggak butuh diksi dewa untuk membuat sebuah cerita, tapi apa salahnya untuk melengkapi, kan? 

masih pengen tahu gimana caranya mereka buat cerita kayak gituan. pengen....

tujuan kamu nulis. ehm, mungkin, review?

ada yang pernah bilang kalau dia nulis untuk menyenangkan pembaca. sebuah tulisan nggak akan bisa menjadi sebuah tulisan kalo nggak bisa menarik perhatian pembaca dan menghibur mereka.

dan kadang hal itu disalah artikan dengan ;

"Aku udah nulis cerita panjang-panjang, masa yang review cuma segini? Pokoknya kalau review chapter ini nggak lebih dari segini, aku nggak akan lanjutin."

dengan segala keadaan yang membuat saya migrasi ke AO3, dan kemudian kembali ke FFn dan menemukan tulisan yang 'kira-kira' seperti itu. rasanya.......

djhfajdhfakjfha. 

oke, jangan munafik. saya juga seneng kok dapet review. siapa sih yang nggak seneng kalo karyanya dibaca dan dikomentari oleh si pembaca. saya juga sering mikir gimana caranya biar fic saya dapet review yang lebih banyak dari sebelumnya. apa yang kurang? plot? summary? karakter? genre? cara penulisan?

oh, tapi kadang-kadang mendapatkan review yang isinya 'bagus, update!' itu nggak menyenangkan -_-

tapi, hey, jangan menjadikan review itu sebagai.... katakanlah tombol power untuk menulis. apalagi yang hanya mementingkan kuantitas. coba tanya pada diri masing-masing. tujuan kalian menulis, apa?

kalau hanya untuk menyenangkan pembaca, coba ditambah dikit. biar pembaca juga bisa menerima apa yang mau kita sampaikan. dan sekaligus juga memuaskan diri sendiri karena sudah bisa menuliskan apa yang mau disampaikan.

kan begitu lebih lengkap :)

di AO3 bener-bener kerasa yang namanya komentar dan hits dari pembaca itu berharga banget. saya memang bukan author hebat di FFn. kerjanya hiatus mulu dan nulisnya mood mood an. itu sebabnya saya nggak berani bikin multichapter lol. review yang didapet juga nggak banyak. makanya pas waktu konflik itu ada yang bilang ;

"Kalian ke sini cuma ingin cari sensasi doang kan? Iri sama review kami yang banyak, sementara review kalian dikit banget kayak gitu. Haha!"

 Jleb. saya nggak ada niat buat nyari review... kepikiran aja nggak... kok bisa pada mikir kayak gitu... tapi kenyataan kalo review di cerita saya memang nggak sebanyak punya mereka, ya, itu emang bener.

*nangis*

tapi di AO3, saya belajar kalo nulis itu nggak sepenuhnya karena ingin dibaca oleh orang. akhir-akhir ini saya (sepertinya) menemukan tujuan saya menulis. #eaaea.

coba. Rotten Fairytale. dikomentarin? kalo dibandingkan dengan komentar yang biasanya orang-orang dapet di FFn dengan 4 chapter ; bisa dibilang dikit. lol, oneshot saya ada yang lebih dari itu kok :p

hitsnya juga biasanya bisa didapatkan di FFn hanya dengan satu chapter. nggak perlu banyak-banyak.

tapi kenapa plot-plot baru itu terus berloncatan di otak saya? jalan cerita yang tersusun dengan sendirinya -baru kali ini saya nyatet ide yang muncul di otak ke notebook. lol. betapa niatnya.--dan jujur, saya pengen banget ngelanjutin cerita ini sampai selesai. sayang banget kalo ditinggal. dengan segala rangka cerita yang udah tersusun hampir mateng, dan waktu yang (harusnya) bisa diatur gimana caranya biar bisa nulis. hey, satu chapter kali ini cuma 1000 kata kok. 1 jam juga bisa, kalau diefektifkan (re : nggak sambil twitteran, bolak-balik ke dapur, ngemil *digebuk*)

dan ditambah dengan satu-dua orang yang mendukung dan menunggu cerita ini...

ah, pokoknya pengen rampungin Rotten Fairytale [-(

mungkin kalau dilihat dari ini, tujuan saya menulis itu karena hobi kali ya. keinginan untuk menyampaikan apa yang ingin disampaikan ; dan sekaligus berharap bisa menyenangkan pembaca. (mending ada yang baca lol)

saya nulis apa yang mau saya tulis. baca apa yang mau saya baca. dan meninggalkan jejak kalau lagi niat /plak 

osh. semangat buat Rotten Fairytalenya! rangka cerita udah ada tuh. masa mau ditinggalin. sayang kali. multichapter pertama setelah satu tahun bikin oneshot nggak puguh.

*memotivasi diri sendiri*

hyah, akhir-akhir ini posting tentang dunia perfanfic an mulu ya. maaf kalo pada nggak ngerti, lagi pengen curhat doang :p

dan kalo diperhatikan, sebenernya judul dan isi posting ini nggak nyambung. *nyengir*

eh ya, btw, saya ada niat buat rutinin waktu belajar nih. tiap hari jam berapa gitu berapa lama.

.
.
.

apa? beneran nih -_-

bukan apa-apa, tapi jujur, takut banget kalo ampe nyesel ke sananya... dan saya tahu saya masih punya banyak (banget) waktu luang yang bisa dipakai buat belajar. cuma niatnya aja belum ada (atau PR dan ulangannya yang belum ada? hayo.) 

ya... mungkin survey waktu dulu. tapi beneran niat ini #sakali.

ah, udah hampir shubuh. posting diantara waktu sholat tahajjud dan subuh (alarm berhasil! ternyata emang harus di sofa biar gampang bangun. sedih nggak lol). mau sahur buat puasa waktunya udah mepet, tidur lagi nanti bangunnya susah.... apakah ini yang dinamakan manajemen waktu? #salah

to do today ; bikin silsilah keluarga, selesein presentasi sosiologi, lanjut ngetik FF. bisalah bisa... all iz well...








You May Also Like

0 comments