HISAS 2018 Part 1; Welcome to Sapporo!

by - 1:11 AM

Assalamualaikum.

Setelah menyerah dengan page browser yang loading mulu, ditambah sinyal yang no service padahal alhamdulillah tidak menyangka baru dapat paket haftalik 5GB dari sil supurnya Turk Telekom....

Balik lagi deh ke sini.

Sudah, sudah menyelesaikan kerjaan di Word yang harusnya sudah terselesaikan hari ini kok. Tinggal cari gambar aja, cumanya loading mulu ya jadi..

Barusan sempat menilik postingan lama dan menemukan tulisan tentang salju dan musim dingin di sini (wah postingan 2012 ternyata... mikir apaan yak dulu) dan sini (2016). Baru sadar, belum mengabadikan momen pertama kalinya dalam hidup bertemu si butiran es tersebut. This might be a long story; here we go.

HISAS 2018

Adalah sebuah konferensi yang diadakan tiap tahunnya oleh PPI Hokkaido, Jepang. Dilaksanakan di awal tahun, sekitar bulan Februari atau Maret. Pernah apply ini di tahun 2017 (ternyata ada arsipnya di laptop) walaupun qadarullah tidak lolos. Akhirnya di ujung masa pergantian Semester 7 ke Semester 8 yang mana sedang hectic dengan segala tugas akhir, seminar, laporan dan ujian, tersempatkanlah untuk menulis satu tulisan sederhana tentang alat ukur suhu dan kelembaban otomatis untuk greenhouse.

Lalu lolos! Alhamdulillah.

Huwah, rasanya engga percaya sih... Hokkaido oi. Daerah yang terkenal dingin dan saljunya itu loh. Jepang pula.

Hokkaido, here I come!

Saya satu tim dengan Yudha dan Putri dari TMB 52. Persiapan keberangkatan saat itu terbilang sangat singkat. Karena sudah masuk awal Semester 8, sudah tidak ada kuliah, jadi yang paling fleksibel untuk pergi kesana kemari. Urus birokrasi permohonan dana ke Ditmawa dan proposal sponsorship sekaligus, kemudian berkelana bermodalkan Google Maps di Jakarta untuk menyerahkan proposal secara langsung ke perusahaan-perusahaan yang bisa ditemukan. Ditemani Lilis si bocah Jakarte yang baik banget jadi penunjuk jalan. Telepon sana sini. Grab sana sini.

Pada waktu itu akhirnya alhamdulillah sempat dapat lampu hijau dari Kemenpora, tapi diminta berkas tambahan dan waktunya sudah mepet, jadi sistemnya direimburse. Baiklah.

Untuk tiket, kerjaannya juga bolak balik mantengin Traveloka, Skyscanner, Rome2Rio.. Cari kemungkinan paling ramah kantong gimana caranya bisa sampai ke Hokkaido. Jalur darat? Udara? Kereta? Bis? Pesawat? Transit? Direct? Kemudian terpilihlah opsi mengeteng pesawat Jakarta-Tokyo PP dan Tokyo-Hokkaido PP, dengan maskapai yang berbeda.

Kemudian tempat tinggal. Saat itu masih ada layanan AirBnB, sebuah platform dimana warga setempat menyewakan kamar/tempat tinggal/apato langsung kepada pembeli, dan transaksi dapat dilakukan melalui aplikasi. Setelah scrolling dan tanya-tanya yang cukup intens mengenai lokasi, akses ke Hokkaido University, fasilitas, harga, dsb akhirnya kami menemukan dua penginapan terpisah yang cocok, masing-masing untuk laki-laki dan perempuan.

Oh ya, jangan lupakan juga revisi paper, pembuatan slide, latihan presentasi, dan persiapan prototype untuk dibawa!

Asli, baru kali itu mau pergi rempong benar segala sesuatunya. Gapapa-gapapa, demi-demi saljuuu.

Keberangkatan kami terjadwalkan tanggal 13 Maret 2018. Sempat transit di Filipina selama 8 jam, senangnya boleh keluar bandara! Bermodalkan bahasa pas-pasan, kami pesan Grab untuk eksplor Manila barang sebentar, ke Rizal Park dan Intramuros.


halo Filipina!

Penerbangan kedua membawa kami hingga ke Narita International Airport, Tokyo. Perlu menunggu lagi untuk flight lokal ke Sapporo esok paginya, kami istirahat di bandara sambil menyelesaikan presentasi yang belum rampung.

Kami sampai di New Chitose Airport, Sapporo sekitar pukul 12 siang. Sebenarnya saya sudah harap-harap cemas. Karena sudah bulan Maret, musim dinginnya sudah mau habis, maka kabarnya esnya juga sudah pada cair...

Alhamdulillah, ternyata kami tetap disambut oleh hamparan putih sejauh mata memandang dalam perjalanan naik bis menuju tempat penginapan.

Senang? Iya atuh. Hihi. Beneran kayak bunga es di kulkas euy, cumanya lebih banyak.


First snow ever!

...Walaupun excitednya engga bertahan lama karena setelah turun bis masih harus bawa koper jalan kaki ke tempat penginapan. Berbekal Google Maps menyusuri jalan-jalan, rumah demi rumah untuk menemukan tempat yang dituju. Sampai penginapan; pegal, ngos-ngosan tapi engga keringetan (kan dingin ya), tangannya merah-merah beku, becek basah sana sini.

Di malam yang sama, waktu itu dikenalkan dan diajak makan ke Saizeriya (resto andalan se Jepang kali ya ini) sama kak Audina dan kak Amrini yang juga kuliah di Hokkaido University. Terimakasihh kak! Waktu itu peserta-peserta lain juga sudah mulai berdatangan. Tiba-tiba kota ini dipenuhi mahasiswa Indonesia. Perjalanan pulang (dan nyasar seperti biasa) kami diiringi oleh hujan salju yang baru turun. 


Welcome to Sapporo!

Keesokan harinya masih hari bebas, karena konferensi dimulai dua hari setelah kami datang. Pagi itu lapisan salju cukup tebal akibat hujan salju semalam. Tepat di belakang apartemen kami ada lahan kosong untuk mobil parkir, jadi tidak ada orang lalu lalang. Lalu..



Kesampean deh bikin es serut. Hehe.

Kami ditemani kak Audina berkeliling Hokkaido University, sambil bertemu Ken yang akhirnya sampai juga! Setelah bertemu rombongan dari FPIK, plus ada Mas Wibi dari Unpad, kami menaiki street car (semacam tram) untuk menuju ke Fushimiinari Shrine. Jalannya ternyata lebih jauh dari yang dikira, menanjak kayak engga sampai-sampai.


Sebelum menanjak tak henti

Setelah dari situ, beberapa dari kami lanjut untuk menuju ke tempat Rope Way, dimana terdapat fasilitas kereta gantung yang dapat membawa pengunjung untuk melihat keindahan Sapporo dari atas. Begitu sampai atas, engga ada apa-apa sih, karena berkabut... yawes takapa. Di bawah disambut hujan salju lagi yang lebih intens dari kemarin malamnya! Setelah mampir ke Family Mart untuk beli makan malam (re: onigiri) kami buru-buru pulang ke tempat penginapan.

Yak, karena sudah terlalu panjang, akan dilanjut di part selanjutnya. Selamat datang di Sapporo!

You May Also Like

0 comments